Blogger Widgets

Popular Posts

Selasa, 07 Juli 2015

BLUSUKAN PRESIDEN JARKONI

Malam itu Babah Ngali menyebar undangan kepada warga sekitar musala Ulil Albab. Isi undangan tersebut menggemparkan warga kampung Ogahmiskin, desa Sukakaya. Intinya PRESIDEN NEGERI ENDONESAH MAYA akan mengadakan kunjungan mendadak alias blusukan ke musala Ulil Albab dan berbagi rejeki dengan masyarakat.


Memang Presiden Jarkoni terkenal sangat kaya dan pemurah. Beliau akan shalat subuh berjamaah di musala lalu setelah itu membagikan door prize sejumlah  50 buah. Terdiri dari 5 unit rumah real estape, 5 unit mobil minibus Si Nia, 10 sepeda motor Halo Davidson, 10 sepeda gunung Poligami, 10 buah gadget merk Sing Song, 10 unit televisi layar datar merk SHARAF. Syaratnya harus datang tepat waktu dan membawa undangan yang sudah tertulis nomor di ujung kanan atas.

Azan subuh belum dikumandangkan tetapi musala yang tak seberapa besar itu sudah dipenuhi jama’ah. Bahkan sampai membludak di luar halaman musala. Semua yang hadir pun tampak sudah rapi dan wangi. Hal itu dilakukan sebagai rasa penghormatan terhadap tamu agung yaitu Sang Presiden Jarkoni. Terlihat banyak wajah baru yang tak pernah nampak batang hidungnya meski di bulan Ramadhan sekalipun.

Azan pun dikumandangkan tetapi belum juga nampak tanda kedatangan Sang Presiden. Semua mata tertuju kepada setiap orang yang baru datang memasuki musala. Berharap salah satunya adalah tamu yang ditunggu-tunggu.

Seorang jamaah bertanya, “Babah Ngali, kok Pak Presiden belum datang juga?”

“Sabar tunggu saja, namanya juga blusukan. Pasti diem-diem. Mungkin setelah sholat shubuh,” jawab Babah Ngali santai.

Tak lama shalat shubuh dilaksanakan. Usai dzikir dan doa, semua jamaah tak langsung pulang. Setelah setengah jam menunggu, musala semakin gaduh karena para jama’ah merasa ditipu oleh Babah Ngali. Akhirnya Babah Ngali pun naik ke atas mimbar.

“Para hadirin sekalian, sebelumnya saya mohon maaf. Menurut ajudan Bapak Presiden … terpaksa saya umumkan bahwa ternyata  Bapak Presiden Jarkoni tak jadi hadir blusukan di musala Ulil Albab.”

“Huuuuuuuuuuu!” Kegaduhan pun semakin menjadi.

“Tetapi tenang para jama’ah … menurut petunjuk Beliau, bahwasanya atasan Presiden Jarkoni sudah datang dan memberi hadiah kepada semua yang hadir di sini tanpa perlu diundi.” Babah Ngali menenangkan.

“Siapa?”
“Di mana?”
Semua yang hadir saling berpandangan, bingung dengan apa yang dikatakan Babah Ngali.
“Atasan Bapak Presiden adalah Allah … ya Dia adalah Raja dari semua raja di dunia bahkan Raja seluruh alam semesta. Allah telah menyambut para jamaah yang menghadiri sholat shubuh berjama’ah pada pagi hari ini.”

“Para jama’ah yang hadir di sini tak hanya mendapatkan rumah atau mobil bahkan lebih dari itu semua. Kalau shalat sunnah sebelum shubuh saja bernilai lebih baik dari dunia dan seisinya. Alangkah lebih besar lagi nilai shalat shubuh berjama’ah. Bahkan Rasulullah SAW mengatakan kita akan rela berangkat meskipun harus merangkak jika mengetahui nilai ganjaran sholat shubuh berjama’ah di masjid,” urai Babah Ngali.

“Huuuuuuuuuuuuuu!” sorak sebagian para jama’ah.

“Ente penipu! Awas kau ya?” teriak Parman sambil berdiri sambil mengacungkan tinjunya. Parman si preman kampung yang baru pertama kali menginjak lantai musala.

“Tahu gini kita–kita jualan ke pasar,” kata Mbah Karman. Seorang kakek yang biasanya saat shubuh sudah ada di pasar jualan ikan.

Lebih dari separuh jama’ah ngeloyor keluar meninggalkan musala dengan dengungan gerutu serta olokan untuk Babah Ngali. Tinggal beberapa orang yang memang asli penduduk tetap musala Ulil Albab. Mereka memang sudah terbiasa shalat berjama’ah di musala.

Babah Ngali hanya tersenyum dan meneruskan kultumnya,”Faktanya harta dunia yang bersifat sementara lebih disukai sebagian besar manusia dibanding harta akhirat. Padahal bayaran Allah di akhirat jauh lebih besar dan kekal. Presiden atau raja dunia yang kekuasaannya terbatas lebih mereka hormati dari Allah Raja alam semesta yang kekuasannya tak terbatas.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar