Blogger Widgets

Popular Posts

Minggu, 12 Juli 2015

AYAT-AYAT MAHABHARATA



Kalau panglima perang jihad Afghanistan menulis buku Ayat Ayat Ar Rahman Dalam Jihad Afghan (Ayaatur Rahmaani Fii Jihaadil Afghan), maka diriku yang penuh dosa ini hanya akan merangkai tulisan yang jauh di bawahnya, yaitu Ayat-Ayat Ar Rahman Dalam Keping Kehidupan. Kadang aku juga tak mengerti, sering kali tanpa sengaja menemukan pelajaran dan pencerahan dari keping kecil kehidupan. Pelajaran itu kadang lahir dari daun yang berguguran, cahaya teduh rembulan, bunga yang mekar, roda yang berputar, bahkan film serial kera sakti hingga kartun Sponge Bob.

Sejak kecil ayahku sering membawa buah tangan berbagai macam buku cerita dan komik dari mulai Tin Tin hingga Mahabharata. Sehingga saat melihat episode Mahabharata di televisi sudah bisa menebak jalan ceritanya, walau kadang ada juga yang meleset karena adanya perbedaan versi antara jawa dan India. Dalam serial inipun aku menemukan sebuah benang merah yang bisa ditarik sebagai sebuah analogi yang sama dengan kehidupan nyata di sekitar kita.

Perang Bharatayuda bukan sekedar peperangan antara Pandawa melawan Kurawa, bukan sekedar perang antara kebaikan melawan kejahatan. Ada seorang Resi Bisma yang dianggap sebagai kakek bagi Pandawa maupun Kurawa. Ada sosok Resi Durna yang merupakan guru dari keduanya, mereka benar-benar dalam pilihan yang sulit karena peperangan ini mempertarungkan orang-orang disayanginya. Kedudukan formal, birokrasi, dan harta membuat mereka terbelenggu harus memihak Kurawa, meski nuraninya berkata beda.

Ada orang yang benar-benar baik, ada yang ragu antara kebaikan dan kejahatan, ada yang terhasut, ada yang menghasut, dan banyak pula yang hanya menjadi korban. Banyak konflik pribadi yang diikutkan, ada dendam masa lalu yang dibawa dan banyak kepentingan pribadi yang sebenarnya tidak menjadi pokok permasalahan perang antara keduanya.

Inilah kenyataan kehidupan, tidak serta merta kita bisa menilai hitam atau putih semata. Sejarah bahkan telah berbicara, kita tak bisa menghakimi hitam atau putih pada pihak-pihak yang berperang pada Perang Jamal. Di sana bertempur pasukan Zubair, Tholhah, Aisyah melawan pasukan Ali bin Abi Thalib, yang mana mereka semua sahabat dan keluarga Rasulullah SAW. Berlanjut hingga Perang Siffin, bahkan terus berlanjut sampai detik ini. Lihatlah perang di Suriah, tidak hanya dua pihak yang bertikai, sekarang lebih dari tiga pihak saling menyerang dan membunuh.

Jika dalam kisah Mahabharata ada Sengkuni sang penghasut dan pengadu domba, maka di dunia nyata inipun sekarang ada juga Sengkuni modern. Jika Kresna dan kaumnya harus binasa karena kutukan Gandari ibunda Kurawa. Para Pandawa mati dalam perjalanan menuju Himalaya dan bukan mati di kasur empuk istana Hastinapura, maka demikian pula akhir hayat empat Khulafaur Rasyidin. Tiga di antaranya mati dibunuh musuh, hanya Abu Bakar Ash Shidiq yang meninggal karena sakit. Orang baik tak harus selalu baik dalam semua segi kehidupannya, menurut pandangan umum manusia. Lakon harus selalu berakhir menang, itu hanya dongeng anak kecil belaka.

Sedikit ulasan di atas adalah sebuah contoh kecil tentang ayat-ayat kehidupan dari kisah Mahabharata. Mungkin di lain waktu, aku ingin berbagi tentang inspirasi dari kisah dari film Kungfu Panda, Sponge Bob, Kera Sakti dan lain-lainya. Selamat berpetualang … Salam Inspirasi!
Om Koko


Tidak ada komentar:

Posting Komentar