Kalau
panglima perang jihad Afghanistan menulis buku Ayat Ayat Ar Rahman Dalam Jihad
Afghan (Ayaatur Rahmaani Fii Jihaadil Afghan), maka diriku yang penuh dosa ini
hanya akan merangkai tulisan yang jauh di bawahnya, yaitu Ayat-Ayat Ar Rahman
Dalam Keping Kehidupan. Kadang aku juga tak mengerti, sering kali tanpa sengaja
menemukan pelajaran dan pencerahan dari keping kecil kehidupan. Pelajaran itu
kadang lahir dari daun yang berguguran, cahaya teduh rembulan, bunga yang
mekar, roda yang berputar, bahkan film serial kera sakti hingga kartun Sponge
Bob.
Sejak
kecil ayahku sering membawa buah tangan berbagai macam buku cerita dan komik
dari mulai Tin Tin hingga Mahabharata. Sehingga saat melihat episode
Mahabharata di televisi sudah bisa menebak jalan ceritanya, walau kadang ada
juga yang meleset karena adanya perbedaan versi antara jawa dan India. Dalam
serial inipun aku menemukan sebuah benang merah yang bisa ditarik sebagai
sebuah analogi yang sama dengan kehidupan nyata di sekitar kita.
Perang
Bharatayuda bukan sekedar peperangan antara Pandawa melawan Kurawa, bukan
sekedar perang antara kebaikan melawan kejahatan. Ada seorang Resi Bisma yang
dianggap sebagai kakek bagi Pandawa maupun Kurawa. Ada sosok Resi Durna yang
merupakan guru dari keduanya, mereka benar-benar dalam pilihan yang sulit
karena peperangan ini mempertarungkan orang-orang disayanginya. Kedudukan
formal, birokrasi, dan harta membuat mereka terbelenggu harus memihak Kurawa,
meski nuraninya berkata beda.
Ada orang
yang benar-benar baik, ada yang ragu antara kebaikan dan kejahatan, ada yang terhasut,
ada yang menghasut, dan banyak pula yang hanya menjadi korban. Banyak konflik
pribadi yang diikutkan, ada dendam masa lalu yang dibawa dan banyak kepentingan
pribadi yang sebenarnya tidak menjadi pokok permasalahan perang antara
keduanya.
Inilah kenyataan
kehidupan, tidak serta merta kita bisa menilai hitam atau putih semata. Sejarah
bahkan telah berbicara, kita tak bisa menghakimi hitam atau putih pada
pihak-pihak yang berperang pada Perang Jamal. Di sana bertempur pasukan Zubair,
Tholhah, Aisyah melawan pasukan Ali bin Abi Thalib, yang mana mereka semua
sahabat dan keluarga Rasulullah SAW. Berlanjut hingga Perang Siffin, bahkan
terus berlanjut sampai detik ini. Lihatlah perang di Suriah, tidak hanya dua
pihak yang bertikai, sekarang lebih dari tiga pihak saling menyerang dan
membunuh.
Jika dalam
kisah Mahabharata ada Sengkuni sang penghasut dan pengadu domba, maka di dunia
nyata inipun sekarang ada juga Sengkuni modern. Jika Kresna dan kaumnya harus
binasa karena kutukan Gandari ibunda Kurawa. Para Pandawa mati dalam perjalanan
menuju Himalaya dan bukan mati di kasur empuk istana Hastinapura, maka demikian
pula akhir hayat empat Khulafaur Rasyidin. Tiga di antaranya mati dibunuh
musuh, hanya Abu Bakar Ash Shidiq yang meninggal karena sakit. Orang baik tak
harus selalu baik dalam semua segi kehidupannya, menurut pandangan umum
manusia. Lakon harus selalu berakhir menang, itu hanya dongeng anak kecil
belaka.
Sedikit
ulasan di atas adalah sebuah contoh kecil tentang ayat-ayat kehidupan dari
kisah Mahabharata. Mungkin di lain waktu, aku ingin berbagi tentang inspirasi
dari kisah dari film Kungfu Panda, Sponge Bob, Kera Sakti dan lain-lainya.
Selamat berpetualang … Salam Inspirasi!
Om Koko
Tidak ada komentar:
Posting Komentar