Blogger Widgets

Popular Posts

Jumat, 20 November 2015

Senja di Zaanse Schans


Ingatkah kau senja itu?
Saat pendar lampu dan mentari beradu
Layaknya temu yang mengakhiri rindu
Syahdu … 

Ingatkah kau tentang kincir?
Hanya tunduk kemana angin mengalir
Seumpama asal kisah kita terlahir
Takdir …   

Jika kau tanya di mana hati?
Inilah sanubari
Jika kau tanya gemuruh jiwa
Tempat ini …
saksi bisu yang kulontarkan
bukti rindu yang kulukiskan

Om Koko
Negeri Lukisan Imaji
Zaanse Schans, Holland

KEHILANGAN


Ruangan ini semakin sunyi
Tak seperti hari lalu …
Saat kudengar canda dan hangatnya sapa 
Perlahan semua berubah tanpa terasa 
Satu demi satu ruangan itu hilang
Akankah ruangan yang lain juga ikut lenyap?
Ataukah hanya satu yang akan tersisa?
Ya, bahkan ia selalu setia 
Ruangan tak bertuan
Tanpa nama tanpa udara 
Hampa

Jumat, 13 November 2015

SAJAK UZUR














Uban mulai bertabur
Kulit beranjak kendur
Pandangan berangsur kabur
Gigi-gigi mulai gugur
Tanda raga sudah uzur
Meski ajal tak kenal umur

Dunia meninggalkan mereka
Dianggap tak berguna
Hanya simbol pelangkap saja
Nikmat jasadi mulai enggan menyapa
Memang harus begitu adanya…
Agar harapan tak lagi bersandar pada hal fana

Hidup memaksanya belajar meninggalkan dunia sebelum benar-benar meninggal dunia

SISI GELAP DIRI


Melihat rembulan hari ketujuh, saat wajahnya tak lagi utuh.
Seperti melihat diri sendiri, mempunyai sisi gelap yang tersembunyi.

Ingin dilihat dari sisi kebaikan, namun sayangnya amat mahir mencari sisi kegelapan dan keburukan kawan.

Padahal kita tak pernah mengusik sisi gelap rembulan bukan?

SABAR TANPA BATAS


Ada bagian dari hidup yang harus kita terima, rela maupun terpaksa. Kita tak bisa memilih, hanya bisa menerima. 

Yang tersisa hanyalah cara menyikapi.
Mengeluh atau sabar menjalani.

Dalam posisi ini … sabar tidak ada batasnya lagi.

Jumat, 06 November 2015

SABAR SAMPAI MATI


Kenyataan hidup, terkadang hilangnya suatu masalah bukan menjadi solusi, tetapi hanya kesabaranlah yang menjadi solusi, meski harus bersabar sampai mati.

LUPA


Kita pantas bersukur masih bisa lupa, sehingga bisa menyembuhkan luka yang pernah menoreh jiwa dan meninggalkan tumpukan problema meski hanya sementara.
Setidaknya ada jeda untuk mengumpulkan tenaga.

CINTA DIRI


Aku mencintai burung lalu menyangkarnya.
Aku mencintai ikan lalu mengurungnya.
Cinta macam apa?
Ya … benar, 
Bukan mencintai mereka
tetapi … mencintai diri sendiri

MATI SEBELUM MATI



Kehidupan mengajarkan kita untuk belajar meninggal dunia sebelum benar-benar meninggalkan dunia.
Caranya sederhana ...

Dunia sedikit demi sedikit, sebagian atau perlahan mulai meninggalkan kita. Kekuatan berguguran, kecantikan kegagahan berpamitan, pekerjaan jabatan mengucapkan perpisahan, kesehatan mulai enggan.

Bahkan di saat muda ia mengajarkan denganlepasnya harapan, bertepuk sebelah tangan, terbangnya impian, dikecewakan kawan, ditinggalkan kesayangan ... semuanya agar terlatih.

MENERIMA DIRI

Kebahagiaan sejati bukan hadir karena bisa mensukuri kelebihan kita atas orang lain.

Tetapi sebenar bahagia akan hadir saat bisa mensukuri dan menikmati apapun yang telah ada pada kita, kelebihan sekaligus kekurangannya.

KALAH


Dikalahkan orang lain itu mengecewakan 
Tetapi dikalahkan diri sendiri itu sangat menyakitkan.
Mengetahui sesuatu itu baik, tetapi tak diamalkan.
Mengerti sesuatu itu buruk tetapi nekat dilakukan.
Dikalahkan kemalasan ... panjang angan ... nafsu setan.

RAHASIA NOVEMBER



Malam ini akan kukatakan rahasia yang terdalam
Dimana Februari yang melelahkan, melupakan
Januari yang tertinggal,
Bercumbu dengan Maret yang menggairahkan

Malam ini akan kuceritakan kisah paling kejam
Ketika Juni yang menghujam senja, memaksa
April yang terpatuk dalam cinta, tak berdaya
Menyakiti Mei yang rapuh, terkulai dalam senyap

Malam ini akan kusenandungkan lagu tanpa nada
Saat kepergian Agustus yang dicumbui mendung, menyisakan
Juli yang terluka dalam penantian
Berakhir pada September yang tersedak sejuta kenangan

Malam ini akan kutulis sajak paling syahdu
Terhenyak oleh Oktober tak kembali, membingkai
Rindu yang menguras segala nalarku, dan
Memporak-porandakan angkuhku, dalam
Kelembutan November yang tegar

Malam ini akan kutulis puisi paling indah
Puisi di bulan November
Menyulam pintalan kenangan yang sempurna, diantara
Rentetan bulan penuh warna

Berharap Desember tidak melewatkan setiap gelisah yang hadir
Setiap rindu yang mengetuk-ngetuk di balik temaram senja
Dan setiap cinta yang mengalir di entakan nafas
Karena semuanya terlalu indah

Malam ini telah aku tulis puisi paling indah,
Puisi di bulan November…